Rabu, 29 Desember 2010

Kekerabatan Bahasa-Bahasa di Nusa Tenggara Timur, Kalimantan Timur, Kalimantan Selatan, dan Alor


Dalam meneliti kekerabatan bahasa-bahasa di Nusa Tenggara Timur, Kalimantan Timur, Alor, dan Kalimantan Selatan, langkah pertama yang dilakukan adalah menjaring data kebahasaan pada daerah-daerah tersebut yaitu sebagai berikut.
1.      Nusa Tenggara Timur (Bahasa I & II)
            Bahasa dari dua desa di Provinsi Nusa Tenggara Timur yang saya ambil sebagai data dalam tulisan ini adalah bahasa di Desa Camplong 1 (I) dan Desa Teun Baun (II). Kedua desa inimenggunakan bahasa yang sama, yaitu bahasa Timor Dawan. Bahasa Dawan sebagai salah satu bahasa daerah di Nusa Tenggara Timur  digunakan di Kabupaten Timor Tengah Utara, Timor Tengah Selatan, dan sebagian wilayah Kabupaten Belu.
2.      Kalimantan Timur (Bahasa III & IV)
            Bahasa dari dua desa di Provinsi Kalimantan Timur adalah Desa Paking (III) dan Desa Long Lasan (IV). Desa Paking menggunakan bahasa Punan, sedangkan Desa Long Lasan menggunakan bahasa bahasa Puak.
3.      Alor (Bahasa V & VI)
            Bahasa dari dua desa di Alor yang saya ambil sebagai data dalam tulisan ini adalah bahasa di Desa Kalondama (V) dan Kabir (VI). Desa Kalondama terletak di Kecamatan Perwakilan Pantar, Alor. Desa Kalondama berbahasa Hamma dan dibatasi oleh satu bahasa, yaitu bahasa Tubbal di sebelah selatan, sedangkan di sebelah timur, utara, dan barat desa itu masih berbahasa Hamma. Sementara itu, Desa Kabir terletak di Kecamatan Pantar, Alor. Desa Kabir yang berbahasa Klamu dikelilingi oleh tiga bahasa berbeda, yaitu bahasa Bukalabang di sebelah timur, bahasa Pandai di sebelah utara, dan bahasa Tolang Taiwa’a di sebelah selatan, sedangkan di sebelah barat belum tercatat nama bahasa yang dipakai.
4.      Kalimantan Selatan (Bahasa VII & VIII)
Bahasa dari dua desa di Provinsi Kalimantan Selatan yang saya ambil sebagai data dalam tulisan ini adalah bahasa di Desa Loksado (VII) yang berbahasa dialek Bukit dan Desa Gunung Malaban (VIII) berbahasa dialek Bugis.
            Unsur yang paling penting dalam membandingkan dua bahasa atau lebih adalah mengumpulkan daftar kosa kata dari bahasa-bahasa yang akan diteliti. Daftar yang baik adalah daftar yang disusun oleh Morris Swadesh yang berisi 200 kata. Daftar tersebut membawa keuntungan dalam penelitian karena terdiri dari kata-kata yang nonkultural serta retensi kata dasarnya telah diuji dalam bahasa-bahasa yang memiliki naskah-naskah tertulis (Keraf, 1991: 126).
            Dalam membandingkan kata-kata untuk menetapkan kata-kata mana yang merupakan kata kerabat dan mana yang tidak, maka perlu dikemukakan lagi suatu asumsi lain dalam metode perbandingan, yaitu: fonem bahasa proto yang sudah berkembang secara berlainan dalam bahasa-bahasa kerabat, akan berkembang  terus secara konsisten dalam lingkungan linguistis masing-masing bahasa kerabat. Oleh sebab itu, dalam rangka perbandingan itu, fonem-fonem dalam posisi relative sama dibandingkan satu sama lain. Bila mereka mempunyai hubungan genetis, maka pasangan fonem-fonem tersebut akan timbul kembali dalam banyak pasangan lain. Tiap pasangan yang sama yang selalu timbul dalam hubungan itu, dianggap merupakan pantulan suatu fonem atau alofon dalam bahasa protonya (Keraf, 1991: 127).
            Untuk menetapkan kata-kata kerabat (cognates) dari bahasa-bahasa yang diselidiki, maka hendaknya diikuti prosedur-prosedur berikut:
a.       Gloss yang tidak diperhitungkan
      Glos yang tidak diperhitungkan itu adalah katakata kosong, yaitu glos yang yang tidak ada katanya baik dalam salah satu bahasa maupun dalam kedua bahasa. Kedua, semua kata pinjaman entah dari bahasa-bahasa kerabat maupun dan bahasa-bahasa non-kerabat. Ketiga, kata-kata jadian pada sebuah kata benda atau mengenai sebuah kata benda memperlihatkan bahwa kata itu bukan kata dasar. Keempat, bila dalam gloss ada dua kata yang sama, yang satu merupakan kata dasar dan lain kata jadian dengan dasar yang sama, maka gloss untuk kata dasar yang diperhitungkan, sedangkan kata jadiannya tidak diperhitungkan (Keraf, 1991: 127—128).
b.      Pengisolasian Morfem Terikat
      Bila dalam data-data yang telah dikumpulkan itu terdapat morfem-morfem terikat, maka sebelum mengadakan perbandingan untuk mendapatkan kata kerabat atau non-kerabat, semua morfem terikat itu harus diidsolir terlebih dahulu (Keraf, 1991: 128).
c.       Penetapan Kata Kerabat
Bila kedua prosedur di atas telah dikerjakan, baru dimuali perbandingan antara pasangan-pasangan kata dalam bahasa-bahasa tersebut untuk menetapkan apakah pasangan-pasangan itu berkerabat atau tidak. Sebuah pasangan kata akan dinyatakan sebagai kata kerabat bila memenuhi salah satu ketentuan berikut:
·         Pasangan itu identik
            Pasangan kata yang identik adalah pasangan kata yang semua fonemnya sama betul, misalnya gloss anak dalam bahasa di Desa Long Lasan (Kalimantan Timur) dan Loksado (Kalimantan Selatan) adalah sama, yaitu anak.
·         Pasangan itu memiliki korespondensi fonemis
               Bila perubahan fonemis antara kedua bahasa itu terjadi secara timbal balik dan teratur, serta tinggi frekuensinya, maka bentuk yang berimbang antara kedua bahasa tersebut dianggap berkerabat. Dalam hubungan ini okurensi fonem-fonem yang menunjukkan korespondensi itu dapat mengikutsertakan gejala-gejala kebahasaan yang lain yang disebut ko-okurensi. Dalam kedua hal itu, kita harus menangkap hal-hal itu dengan cermat, agar jangan sampai ada kata kerabat yang dimasukkan dalam kelompok kata yang tidak berkerabat (Keraf, 1991: 129). Misalnya, gloss abu dalam beberapa bahasa Camplong 1 dan Paking, yaitu afu dan afuh.
·         Kemiripan secara fonetis
               Bila tidak dapat dibuktikan bahwa sebuah pasangan kata dalam kedua bahasa itu mengandung korespondensi fonemis, tetapi pasangan kata itu ternyata mengandung kemiripan secara fonetis dalam posisi artikulatoris yang sama, maka pasangan itu dapat dianggap sebagai kata kerabat (bandingkan dengan macam-macam perubahan fonetis dan morfemis dalam bahasa). Yang dimaksud dengan ‘mirip secara fonetis’ adalah bahwa cirri-ciri fonetisnya harus cukup serupa sehingga dapat dianggap sebagai alofon (Keraf, 1991: 129). Misalnya, gloss bunga dalam bahasa Long Lasan dan Kabir, yaitu buŋa dan buma. Fonem /ŋ/ dan /m/ dapat merupakan alofon karena cara berartikulasi keduanya sama, yaitu nasal.
·         Satu fonem berbeda
                  Bila dalam satu pasangan kata terdapat perbedaan satu fonem, tetapi dapat dijelaskan bahwa perbedaan itu terjadi karena pengaruh lingkungan yang dimasukinya, sedangkan dalam bahasa lain pengaruh lingkungan itu tidak mengubah fonemnya, maka pasangan itu dapat ditetapkan sebagai kata kerabat, asal segmennya cukup panjang (Keraf, 1991: 129).
Metode leksikostatistik, yaitu suatu teknik dalam pengelompokkan bahasa yang lebih cenderung mengutamakan peneropongan kata-kata (leksikon) secara statistik, untuk kemudian berusaha menetapkan pengelompokan itu berdasarkan persentase kesamaan dan perbedaan suatu bahasa dengan bahasa lain, bukan semata-mata merupakan metode untuk menentukan waktu pisah dua bahasa kerabat, tetapi ia juga menjadi metode untuk mengadakan pengelompokan bahasa-bahasa kerabat. Dengan menggunakan dasar-dasar leksikostatistik, Swadesh mengusulkan suatu klasifikasi untuk menetapkan kapan dua bahasa disebut dialek, kapan sekelompok bahasa disebut keluarga bahasa (language family), bilamana sekelompok bahasa termasuk rumpun bahasa (stock) dan sebagainya (Keraf, 1991: 134). Klasifikasi yang dimaksud adalah sebagai berikut:
Tingkatan bahasa
Waktu pisah dalam abad
Persentase kata kerabat
Bahasa (language)
Keluarga (family)
Rumpun (stock)
Mikrofilum
Mesofilum
Makrofilum
0—5
5—25
25—50
50—75
75—100
100—ke atas
100—81
81—36
36—12
12—4
4—1
1—kurang dari 1%
             Klasifikasi Swadesh seperti dikemukakan di atas hanya berlaku sebagai dasar. Yang akan dicapai dengan metode ini adalah klasifikasi nyata atas bahasa-bahasa kerabat sehingga jelas bagaimana kedudukan atau hubungan antara bahasa-bahasa itu satu sama lain. Untuk maksud tersebut, akan dikemukakan klasifikasi beberapa bahasa di Nusa Tenggara Timur, Kalimantan Timur, Kalimantan Selatan, dan Alor. Untuk melihat prosedur pengelompokannya, pertama akan dilihat distribusi persentase kekerabatan antara bahasa-bahasa tersebut, baru kemudian disajikan bagaimana pengelompokan bahasa-bahasa tersebut.
Distribusi persentase kata-kata kerabat antara bahasa-bahasa daerah Nusa Tenggara Timur, Kalimantan Timur, Kalimantan Selatan, dan Alor adalah sebagai berikut:
 Jika melihat data-data di atas, tampak bahwa persentase kata kerabat terbesar adalah antara bahasa di Desa Camplong 1 dan Teun Baun sebesar 88%, dan antara bahasa di  Desa Paking dan Desa Long Lasan sebesar 59%. Sebab itu, antara Camplong 1—Teun Baun dan Paking—Long Lasan langsung ditarik garis yang menghubungkan masing-masing kelompok itu. Selanjutnya, persentase antara Kalondama—Kabir sebesar 55%, sedangkan antara Kalondama dan Kabir dengan bahasa-bahasa lainnya, yaitu Camplong 1, Teun BaunPaking, Long Lasan,  Loksado, dan Gunung Malaban lebih kecil dari persentase Kalondama—Kabir. Dengan demikian, dapat ditarik garis antara Kalondama dan Kabir. Selanjutnya, persentase Loksado—Gunung Malaban sebesar 43%, sedangkan persentase antara Loksado dan Gunung Malaban dengan bahasa-bahasa lainnya lebih kecil dari persentase Loksado—Gunung Malaban sehingga dapat ditarik garis yang menghubungkan antara Loksado dan Gunung Malaban. Dengan demikian, kedelapan bahasa tersebut terbagi atas empat kelompok, yaitu kelompok bahasa Nusa Tenggara Timur (Bahasa I & II), kelompok bahasa Kalimantan Timur (Bahasa III & IV), kelompok bahasa Alor (Bahasa V & VI), dan kelompok bahasa Kalimantan Selatan (VII & VIII).
Selanjutnya,  dicari hubungan terdekat antara bahasa-bahasa yang berkerabat tertinggi tersebut dengan bahasa-bahasa lain. Dengan menggunakan bahasa-bahasa di atas sebagai pijakan, bahasa-bahasa lain dihubungkan dengan bahasa-bahasa tersebut. Bahasa yang paling dekat dengan Paking—Long Lasan adalah Loksado—Gunung Malaban karena persentase kekerabatannya paling tinggi, yaitu sebesar 28%.jika dibandingkan dengan kelompok bahasa lain, seperti kelompok bahasa Camplong 1—Teun Baun sebesar 24% atau dengan Kalondama—Kabir sebesar 10%. Kelompok bahasa yang paling dekat dengan Paking—Long Lasan—Loksado—Gunung Malaban adalah Camplong 1—Teun Baun sebesar 24% daripada dengan Kalondama—Kabir sebesar 12%.
Berdasarkan data-data tersebut maka pada kelompok pertama Camplong 1-Teun Baun-Paking-Long Lasan-Loksado-Gunung Malaban, garis kerabat yang mula-mula dipertalikan adalah Paking—Long Lasan dengan Loksado—Gunung Malaban  pada rata-rata 28% (yaitu 27% + 35% + 22% + 27% dibagi 4), dan Camplong 1—Teun Baun dipertalikan dengan keempat bahasa tersebut pada 24% (yaitu 28% + 25% + 22% + 27% + 24% + 21% + 18% + 24% dibagi 8). Pada kelompok kedua, bahasa-bahasa yang dipertalikan adalah Kalondama dan Kabir, yaitu 55%. Akhirnya, kedua kelompok itu dipertalikan pada tingkat rata-rata 12% kata kerabat (yaitu, 8% + 14% + 13% + 11% + 10% + 9% + 11% + 12% + 10% + 10% + 15% + 15% dibagi 12).
Demikianlah gambaran singkat hubungan kekerabatan bahasa-bahasa daerah di Nusa Tenggara Timur, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, dan Alor. Berdasarkan hubungan kekerabatan tersebut, disusunlah diagram silsilah kekerabatan bahasa-bahasa daerah berikut.

Setelah melihat hubungan kekerabatan bahasa-bahasa di atas, bahasa-bahasa di Nusa Tenggara Timur, Kalimantan Timur, Kalimantan Selatan, dan Alor dapat dikelompokkan sebagai berikut.
             Dari 8 bahasa di daerah tersebut terdapat 7 bahasa yang dipakai oleh masyarakat di daerah tersebut. Sementara itu, bahasa di Desa Camplong 1 (I) dan Teun Baun (II) merupakan dialek dari satu bahasa yang sama, yaitu bahasa Timor Dawan karena persentase kekerabatannya sebesar 88%. Dengan demikian, bahasa-bahasa dari delapan desa di Nusa Tenggara Timur, Kalimantan Timur, Kalimantan Selatan, dan Alor adalah bahasa Timor Dawan (Desa Camplong 1 dan Teun Baun), bahasa Punan (Desa Paking), bahasa Puak (Desa Long Lasan), bahasa Hamma (Desa Kalondama), bahasa Klamu (Desa Kabir), bahasa Bukit (Desa Loksado), dan bahasa Bugis (Desa Gunung Malaban).
            Dari data kebahasaan di atas, kita dapat mengetahui bahwa bahasa-bahasa tersebut merupakan 3 keluarga bahasa yang berbeda. Adapun ketiga keluarga bahasa tersebut dapat kita lihat dengan tanda K1 (keluarga bahasa daerah Nusa Tenggara Timur), K2 (keluarga bahasa daerah Kalimantan Timur dan Kalimantan Selatan), dan K3 (Keluarga bahasa daerah Alor). Selain itu, data tersebut pun memperlihatkan adanya dua rumpun bahasa yang berbeda, yaitu R1 (Rumpun bahasa-bahasa di Nusa tenggara Timur, Kalimantan Timur, dan Kalimantan Selatan) dan R2 (Rumpun bahasa di Alor).


Daftar Pustaka

Kawi, Djantera, dkk. 2002. Penelitian Kekerababatan dan Pemetaan Bahasa-Bahasa Daerah di Indonesia: Provinsi Kalimantan Selatan. Jakarta: Pusat Bahasa, Departemen Pendidikan Nasional.
Kawi, Djantera, dkk. 2002. Penelitian Kekerabatan dan Pemetaan Bahasa-Bahasa Daerah di Indonesia: Provinsi Kalimantan Timur. Jakarta: Pusat Bahasa, Departemen Pendidikan Nasional.
Keraf, Gorys. 1991. Linguistik Historis Bandingan. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama
Lauder, Multamia R.M.T., dkk. 2000. Penelitian Kekerababatan dan Pemetaan Bahasa-Bahasa Daerah di Indonesia: Provinsi Nusa Tenggara Timur. Jakarta: Pusat Bahasa, Departemen Pendidikan Nasional.
Martis, Non, dkk. 2000. Monografi Kosakata Dasar Swadesh di Kabupaten Alor. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Departemen Pendidikan Nasional.


Lampiran
Penghitungan kekerabatan bahasa:
∑ (+)
100-∑ (0)
X 100%

1—2:
77
100-12
X 100%
= 88%

3—5:
8
100-18
X 100%
= 10%
1—3:
25
100-11
X 100%
= 28%

3—6:
8
100-9
X 100%
= 9%
1—4:
23
100-13
X 100%
= 25%

3—7:
26
100-4
X 100%
= 27%
1—5:
6
100-23
X 100%
= 8%

3—8:
21
100-6
X 100%
= 22%
1—6:
12
100-14
X 100%
= 14%

4—5:
9
100-19
X 100%
= 11%
1—7:
20
100-8
X 100%
= 22%

4—6:
11
100-8
X 100%
= 12%
1—8:
24
100-12
X 100%
= 27%

4—7:
34
100-4
X 100%
= 35%
2—3:
22
100-9
X 100%
= 24%

4—8:
25
100-7
X 100%
= 27%
2—4:
19
100-11
X 100%
= 21%

5—6:
45
100-18
X 100%
= 55%
2—5:
11
100-17
X 100%
= 13%

5—7:
8
100-16
X 100%
= 10%
2—6:
10
100-11
X 100%
= 11%

5—8:
8
100-19
X 100%
= 10%
2—7:
12
100-5
X 100%
= 18%

6—7:
14
100-6
X 100%
= 15%
2—8:
22
100-9
X 100%
= 24%

6—8:
14
100-7
X 100%
= 15%
3—4:
54
100-8
X 100%
= 59%

7—8:
41
100-3
X 100%
= 43%

Dengan demikian, distribusi persentase kata-kata kerabat antara bahasa-bahasa daerah Nusa Tenggara Timur, Kalimantan Timur, Kalimantan Selatan, dan Alor adalah sebagai berikut:

Ringkasan Novel Anak Bajang Menggiring Angin Karya Sindhuanata



Prabu Danaraja, Raja Negeri Lokapala, merindukan Dewi Sukesi. Mengetahui perasaan anaknya, Begawan Wisrawa pun ingin mewujudkan keinginan anaknya. Ia menemui Sumali, Raja Alengka sekaligus sahabatnya, untuk mengutarakan niat anaknya. Wisrawa pun tahu bahwa Dewi Sukesi menghendaki suami yang mampu mengupas Sastra Jendra Hayuningrat Pangruwating Diyu. Walaupun merasa berat, Wisrawa pun bersedia melakukannya. Akan tetapi, ketika Dewi Sukesi dan Wisrawa hampir menghayati Sastra Jendra, Batara Guru dan Dewi Uma menggagalkan usaha mereka sehingga Sukesi pun mengandung anak Wisrawa. Setelah mengetahui pengkhianatan ayahnya, Danareja mengusir Dewi Sukesi dan Wisrawa dari Kerajaan Lokapala.     Di tengah hutan, Dewi Sukesi melahirkan darah, telinga, dan kuku manusia. Darah tumbuh menjadi manusia  bermuka sepuluh yang diberi nama Rahwana, telinga tumbuh menjadi raksasa sebesar Gunung Anakan yang diberi nama Kumbakarna, dan kuku tumbuh menjadi raksasa wanita tidak sedap baunya yang diberi nama Sarpanaka. Anak-anak tersebut merupakan wujud dosa-dosa mereka. Kemudian, mereka pun kembali ke Alengka dan melahirkan seorang manusia sempurna yang lahir dari cinta sejati keduanya. Anak tersebut diberi nama Gunawan Wibisana.
Di suatu tempat, Resi Gotama mengutuk Dewi Windrada, istrinya, karena ia diam saja ketika ditanya asal usul Cupu Manik Astagima yang diperebutkan oleh anak-anaknya. Setelah dikutuk menjadi batu tugu, batu tugu tersebut kemudian dilemparkan Gotama hingga jatuh di Alengka, sedangkan Cupu Manik Astagima dilemparkannya ke udara. Tutup cupu jatuh di Ayodya menjadi Telaga Nirmala, sedangkan cupu yang berisi air kehidupan jatuh di tengah hutan menjadi Telaga Sumala. Ketiga anaknya, yaitu Guwarsa, Guwarsi, dan Anjani mengejar cupu tersebut ke Telaga Sumala sehingga ketiganya berubah wujud menjadi kera. Guwarsa dan Guwarsi berubah nama menjadi Sugriwa dan Subali. Kemudian, ketiganya bertapa berat untuk membersihkan dosanya. Betara Guru pun tergerak oleh tapa berat Anjani, ia mengabulkan tapanya. Anjani pun melahirkan seekor kera putih yang diberi nama Anoman. Setelah selesi tapa, Subali bertemu kembali dengan Sugriwa. Mereka mendapat tugas untuk membunuh Maesasura dengan Dewi Tara sebagai imbalannya. Subali yang memiliki Aji Pancasona, ilmu yang membuatnya hidup kembali setelah menyentuh bumi, masuk ke gua Kiskenda untuk membunuh Maesasura, sedangkan Sugriwa menunggu di depan gua. Sesuai dengan kesepakatan mereka, Sugriwa menutup pintu gua setelah melihat darah putih dan darah merah mengalir karena mengira darah putih itu menandakan kematian Subali. Subali yang masih hidup mengira Sugriwa mengkhianatinya karena menginginkan Dewi Tara. Dengan marahnya, ia pun merebut Dewi Tara dan mengusir Sugriwa dari Kiskenda.
Alkisah Raja Dasarata, Raja Ayodya, melakukan upacara persembahan agar memiliki keturunan. Kemudian, Dewi Sukasalya melahirkan titisan Wisnu yang diberi nama Ramawijaya, Dewi Kekeyi melahirkan anak yang diberi nama Barata, dan Dewi Sumitra melahirkan anak kembar yang diberi nama Laksmana dan Satrugna. Begawan Yogiswara mengajak Rama membunuh raksasa pengacau, Katakalya. Laksmana dan Rama pun berhasil membunuhnya sehingga Kala Marica dendam kepada keduanya. Begawan Yogiswara pun menyuruh Rama mengikuti sayembara mendapatkan Dewi Sinta di Mantili. Rama pun berhasil memenangkan sayembara tersebut .
Raja Dasarata kemudian berniat mengangkat Rama menjadi Raja Ayodya. Hal ini disambut gembira oleh semua orang di Ayodya, kecuali Kekayi. Dewi Kekayi datang menagih sumpah Dasarata untuk mengabulkan permintaannya. Ia pun meminta agar Barata diangkat menjadi raja dan Rama diasingkan ke hutan selama tiga belas tahun. Raja Dasarata sangat bingung untuk memilih antara rasa sayangnya terhadap Rama dan janjinya terhadap Kekayi. Rama kemudian pergi ke hutan diikuti Dewi Sinta dan Laksmana untuk menepati janji ayahnya. Karena kesedihannya, Raja Dasarata pun meninggal dunia. Barata yang mengetahui niat jahat ibunya segera menyusul Rama ke hutan untuk membujuknya kembali, tetapi ia tidak berhasil. Barata pun memutuskan untuk memerintah Ayodya sebagai perwakilan Rama hingga Rama kembali ke Ayodya.
Di hutan, mereka bertemu Sarpanaka yang tergoda terhadap Rama dan Laksmana. Akan tetapi, karena sakit hati ditolak keduanya, Sarpanaka mengadu pada suaminya untuk membalaskan dendamnya. Akan tetapi, kesaktian kedua suami dan tentaranya tidak sebanding dengan kesaktian Rama dan Laksmana sehingga semua raksasa tersebut mati. Sarpanaka pun kemudian datang ke Alengka mengadu pada Rahwana. Ia menceritakan dendamnya dan kecantikan Sinta untuk menarik hati Rahwana. Sinta yang melihat kijang kencana jadi-jadian Kala Marica meminta Rama mengambilkannya. Setelah kepergian Rama mengejar Kijang kencana, Laksmana dan Sinta mendengar suara Rama menjeri minta tolong sehingga Sinta mendesak Laksmana untuk menolongnya. Setelah Sinta sendirian, Rahwana pun leluasa menculik Sinta.
Rama dan Laksmana kemudian berniat untuk merebut Dewi Sinta dari tangan Rahwana. Dari Jatayu, mereka pun tahu harus menyusul Rahwana ke Alengka. Setelah bertemu Sugriwa, Rama pun membantu Sugriwa untuk merebut Dewi Tara dari tangan Subali. Rama memanah Subali hingga tewas. Setelah sekian lama, Sugriwa dan pasukannya muncul menemui Rama untuk menemukan Alengka. Di tengah pertemuan, datanglah Anoman yang mengaku sebagai anak Retna Anjani, adik Sugriwa. Rama pun mengutus Anoman untuk menemukan Alengka. Ia memberikan cincin yang akan bersinar jika Sinta masih suci.
Rahwana yang bingung menghadapi kekeraskepalaan Sinta diingatkan Wibisana untuk berhenti merebut kekasih orang lain, tetapi Rahwana justru marah. Ia memukulkan gadanya ke tubuh Wibisana. Wilkataksini pun membuang tubuh Wibisana ke samudra. Kumbakarna yang mengetahui hal itu menjadi marah terhadap Rahwana. Kumbakarna mengamuk dan ia pun berkelahi dengan Rahwana, tetapi dilerai oleh paman mereka, Prahasta. Rahwana datang ke Taman Argasoka menemui Dewi Sinta yang ditemani Dewi Trijata. Ia memaksa Dewi Sinta melayaninya, tetapi Dewi Sinta mengancam untuk bunuh diri jika Rahwana mencoba menjamahnya.
Anoman pun berhasil menemui Dewi Sinta dan menyerahkan cincin dari Rama kepadanya. Sinta pun menangis mendengar pesan Rama yang meragukan kesuciannya. Sinta kemudian menitipkan kalung bermata api yang apinya akan padam di tangan Rama jika Rama sudah tidak mencintanya. Anoman pun merusak Taman Argasoka sehingga Anoman pun ditangkap dan dibakar hidup-hidup. Akan tetapi,  Anoman dapat melepaskan diri dari kepungan api, ia pun lalu menyulut rumah-rumah dan istana di Alengka kemudian pergi menuju Maliawan. Di jalan, ia bertemu dengan Wibisana yang ternyata belum mati itu. Anoman pun menemui Rama dan menyampaikan pesan Dewi Sinta. Rama sangat menyesal dengan tindakannya.
Rama, Sugriwa, Anoman, Wibisana, dan pasukan kera pun kemudian bahu membahu membuat tambak menuju pantai Alengka. Kemudian, pasukan Rama dan Rahwana pun terlibat pertempuran yang sengit. Rahwana dengan liciknya mecoba meyakinkan Sinta bahwa Rama dan Laksmana telah mati, tetapi Sinta tetap tidak mau melayani Rahwana. Setelah raksasa-raksasa andalan Alengka mati di tangan pasukan Rama, Rahwana pun semakin geram. Ia  datang ke Taman Argasoka, Trijata dengan cerdiknya mengatakan bahwa Dewi Sinta mau melayaninya jika ia sendiri yang membawa kepala Laksmana dan Rama.
Rahwana pun segera pergi ke medan tempur. Ia menyuruh makhluk halusnya mengobrak-abrik pasukan kera. Matahari meredup, sementara Dewi Windradi, Retna Anjani, dan para bidadari surga memencarkan cahaya yang menerangi pandangan para kera sekaligus menggelapkan pandangan para raksasa. Setelah matahari kembali bersinar, Rahwana terkejut melihat kebinasaan para raksasa. Rahwana tidak gentar, ia berteriak bahwa Sinta sendiri yang menghendaki kematian Laksmana dan Rama. Hati Rama pun diliputi keraguan terhadap Sinta, tetapi ia tetap menarik panah Guwawijaya dan mengarahkannya pada Rahwana. Setelah panah itu mengenai leher Rahwana, Anoman dan kelima saudara kandungnya menjatuhkan Gunung Suwela. Rahwana pun menjerit menyayat di bawah Gunung Suwela. Selama-lamaya ia takkan mati dalam hidupnya yang tersiksa.
Setelah kemenangannya, Rama pun berhasil menemui Sinta yang tampak semakin indah dalam pandangannya. Rama merasa iri dengan ketabahannya, ia malu membayangkan penderitaan Sinta. Bagi Rama, ketabahan Sinta melebihi kebesarannya. Apalagi saat ia mengingat kata-kata Rahwana, semakin irilah hatinya. Ia pun meminta Sinta membuktikan kesuciannya dengan terjun ke dalam lautan api. Setelah orang-orang terdekatnya mengingatkan Rama, ia pun sadar dan ingin menarik kembali kata-katanya. Akan tetapi, Sinta telanjur menyanggupi permintaan Rama. Sinta pun terjun ke dalam lautan api.
Sumber:
Shindunata. 1983. Anak Bajang Menggiring Angin. Jakarta: Gramedia

Jumat, 24 Desember 2010

Pronomina (Tugas Sintaksis)



1.1  Batasan Pronomina
Pronomina adalah kata yang dipakai untuk mengacu kepada nomina lain (Alwi, 2003: 249). Pronomina adalah kategori yang berfungsi untuk mengganti nomina. Apa yang digantikannya itu disebut antesenden. Antesenden itu ada di dalam atau di luar wacana (di luar bahasa). Sebagai pronomina, kategori ini tidak bisa berafiks tetapi beberapa dia antaranya bisa direduplikasikan, yakni kami-kami, beliau-beliau, mereka-mereka (Kridalaksana, 2003: 89).

1.2  Ciri-ciri Pronomina
Adapun ciri-ciri pronomina adalah sebagai berikut.
a.    Mengacu pada nomina lain
b.   Pronomina menduduki posisi yang umumnya diduduki oleh nomina,
c.    Acuannya dapat berpindah-pindah karena bergantung pada pembicara atau penulis, pendengar atau pembaca, dan siapa atau apa yang dibicarakan (Alwi, 2003: 249)

1.3  Macam-macam Pronomina
a.   Pronomina Persona
Pronomina persona adalah pronomina yang dipakai untuk mengacu pada orang. Pronomina persona dapat mengacu pada diri sendiri, orang yang diajak bicara, atau orang yang dibicarakan (Alwi, 2003: 249). Secara singkat, pembagian pronomina persona dapat kita lihat dalam tabel berikut.
Persona
Makna
Tunggal
Jamak
Netral
Eksklusif
Inklusif
Pertama
Saya, aku, ku-, -ku

kami
kita
Kedua
Engkau, kamu, anda, dikau, kau, -mu
Kalian, kamu sekalian, anda sekalian


Ketiga
Ia, dia, beliau, -nya
mereka



b.   Pronomina Penunjuk
            Pronomina penunjuk dalam bahasa Indonesia ada tiga macam, yaitu:
·         Pronomina penunjuk umum
            Pronomina penunjuk umum dalam bahasa Indonesia meliputi kata ini, itu, dan anu (Alwi, 2003: 260)
·         Pronomina penunjuk  tempat
            Pronomina penunjuk tempat dalam bahasa Indonesia adalah sini, situ, atau sana (Alwi, 2003: 264).
·         Pronomina penunjuk ihwal
            Pronomina penunjuk ihwal dalam bahasa Indonesia adalah begini dan begitu (Alwi, 2003: 264).
            Akan tetapi, Kridalaksana memasukkan kata-kata tersebut dalam kelas kata lain, yaitu demonstrativa yang merupakan kategori yang berfungsi untuk menunjukkan sesuatu di dalam maupun luar wacana (Kridalaksana, 1999: 102).

c.       Pronomina Penanya
                 Pronomina penanya adalah pronomina yang dipakai sebagai pemarkah pertanyaan.
·      Dilihat dari segi maknanya, yang ditanyakan itu dapat mengenai orang, barang, atau pilihan dengan menggunakan kata siapa, apa, dan mana.
·      Dilihat dari bentuknya, terdapat dua unsure yang mendasari kata penanya, yaitu apa dan mana. Dua unsur dasar itu dikembangkan menjadi bentuk lain dengan mengikuti pola berikut.
Ø
Si
Meng
Ken
k-n
(ke)ber
+ apa
Apa
Siapa
Mengapa
Kenapa
Kapan
(ke)berapa
Di
Ke
Dari
Bagai
bila
+ mana
Di mana
Ke mana
Dari mana
Bagaimana
bilamana


IDENTIFIKASI DAN ANALISIS DATA

1.            Meskipun kedengarannya sepele, sarapan punya peran penting bagi tubuh                                                     K            S                         P                      Pel
                                    S                      P
           Kita (hlm. 94)
           Dan organ-organ itu memakai energi, makanya saat bangun tidur kita
                          S                   P           O                   K                               S              
merasa lapar (hlm. 95)
  P       Pel
Melewatkan sarapan juga bikin kita cenderung mengalihkan rasa lapar
               S                           P       O      
dengan ngemil sepanjang pagi hingga menjelang makan siang—apalagi
                           K
   camilannya belum tentu sehat(hlm. 95)
Bahan baku mi instan adalah terigu, sumber karbohidrat dan protein, yang
S                      P          O                    
kandungan kalorinya setara beras (hlm. 95)
                           K                    
               S                      P       O
Masalahnya, kandungan gizi dalam mi instan ternyata nggak sebanyak nasi
                                           S                                                      P                O
(hlm. 95)
Untuk menjaga keseimbangan gizi, sebaiknya tambahkan sebutir telur dan
                           K                                                     P                          O        
sayuran saat makan mi instan (hlm. 95)
               K
 Akhirnya badan lemas, ngantuk, otak buntu, plus gampang uring-uringan seharian (hlm. 94)
Yang namanya olahraga—apapun jenisnya-- -pasti bermanfaat buat tubuh
S                                                          P                      Pel
(hlm. 96)

  -nya dalam kata akhirnya, masalahnya, sebaiknya, soalnya, biasanya dan di atas bukanlah sebuah pronomina karena :
a. –nya tidak mengacu pada nomina lain
b. –nya tidak menduduki posisi yang umumnya diduduki oleh nomina, seperti subjek, predikat, atau objek. Dalam hal ini ia berfungsi sebagai konjungsi, yaitu kategori yang berfungsi untuk meluaskan satuan yang lain dalam konstruksi hipotaktis (Kridalaksana, 1999: 109)

-nya dalam kata kedengarannya, camilannya, kalorinya, jenisnya di atas merupakan pronomina, yaitu pronomina persona ketiga. Alasannya adalah:
a.  -nya mengacu pada nomina lain, yaitu sarapan, dia, mi, dan renang
b. –nya menduduki posisi sebagai subjek walaupun dalam kalimat tersebut ia berfungsi sebagai subjek dari perluasan keterangan dalam kalimat tersebut

Kita dalam kalimat di atas merupakan pronomina, yaitu pronomina persona pertama jamak yang bersifat inklusif. Alasannya adalah:
a.       Kita mengacu pada nomina lain, yaitu penulis dan pembaca majalah Cita Cinta
2.     Makanya setelah tubuh ‘berpuasa’ semalaman, kita kudu memberikan
                                          K                                   S                    P         
santapan ‘buka puasa’ di pagi hari (hlm. 94)
                  O                    K
Sarapan pagi dengan menu mengandung karbohidrat bisa meningkatkan
S                                                       P                     
kadar glukosa darah kita, sehingga kita akan memiliki tenaga untuk
                   O                                                         K                                
                                            S                    P                O               K
beraktivitas (hlm. 94)

Sering lemas karena nggak sarapan? Itu karena kadar glukosa darah kita
                                                            S      P                   O                              
kurang, tuh (hlm. 94)
                  Pel
Nggak sarapan berarti membiarkan lambung kosong untuk saat lama, dan
                  S                      P                                  Pel                              
saat dipaksakan sarapan dengan makanan berat, kita jadi mual. (hlm. 94-95)
                              K                                               S     P    Pel
Kalau menu sarapan kita cuma teh manis dan beberapa potong biskuit, itu
                                                      K                                                          S       
                                S              P                                        Pel
belum cukup (hlm. 95)
           P
Kalau kita nggak mendapatkan glukosa cukup saat sarapan, fungsi otak akan
                                           K                                                             S                     
                   S              P                                  O
terganggu dan akhirnya daya memori otak kita melemah dalam mengingat
     P                                               S                             P                           Pel
segala sesuatu (hlm. 95)

Sarapan bikin kita terhindar dari risiko diabetes, penyakit jantung, dan
    S               P      O                                              Pel
stroke (hlm. 95)

Seseorang yang melewatkan sarapan paginya ternyata lebih mudah terkena
                      S                                                                         P                
depresi (hlm. 95)
     O
Sebaliknya mereka yang sempat sarapan merasa lebih puas dan
                                    S                          P           
menunjukkan minat tinggi terhadap pekerjaannya (hlm. 95)
                                    Pel
Kita bisa pula mendapatkan lebih banyak asupan vitamin A, D, E, zat besi,
   S                      P                                                          O
 dan kalsium (hlm. 95)

Jenis-jenis karbohidrat sebetulnya setara kandungan kalori dan gizinya
                                    S                              P                          Pel
(hlm. 95)

Ada baiknya hindari sarapan dengan junk food, karena nggak memiliki
                              P                      O                                             K
kandungan serat sama sekali (hlm. 95)

Makanan seperti itu menyebabkan energi berlebih di dalam tubuh (hlm. 95)
                  S                      P                                  O
Sering ‘kalap’ saat makan siang karena kelaparan? Bisa jadi itu karena kita 
P          S                O  
jarang (bahkan nggak pernah) sarapan (hlm. 95)
            K
Soalnya, nih, kalau rutin sarapan, biasanya kita nggak akan merasa terlalu
                                       K                             S                  P                              lapar di siang hari (hlm. 95)
               K
Karena itu, sarapan dengan makan makanan sehat akan meningkatkan
            S                                              P                     
kemampuan pembakaran lemak dalam tubuh (hlm. 95)
                           O
Sebuah penelitian bahkan menunjukkan, orang yang sarapan (yang benar) cenderung bertubuh lebih langsing dibandingkan mereka yang nggak sarapan (hlm. 95)
Hmm… gimana kalau mulai sekarang kita jangan cuma main air, tapi kenali seluk-beluk renang biar bisa dapat manfaatnya! (hlm. 96)
Makanya butuh latihan agar kita bisa berenang (hlm. 96)
                   P         O                              K        
                                                   S          P         

Sedangkan untuk kelenturan, renang bakal melatih sendi karena gerakannya
               K                                   S               P               O             
yang cukup luas, apalagi ketika kita menggerakkan tangan untuk mengayuh
                                                   K
dan mendorong badan (hlm. 96)

Selain itu, latihan renang teratur bisa membuat posisi tubuh lebih tegap dan
            S                      P                      O
nggak bungkuk (hlm. 96)

Renang termasuk latihan aerobik tipe dua yang membutuhkan keterampilan
      S            P                 Pel
untuk melakukannya (hlm. 96)

Mulai berlatih sejak kecil dengan berlatih saat sudah dewasa jelas bakal ada
                           S                                                                                  P
bedanya (hlm. 97)
    O
Saat masih kecil, sendi kita masih lentur sehingga lebih mudah mengikuti
K                     S          P      Pel                                   K        
gerakan renang yang benar (hlm. 97)

Tapi jika kita punya keinginan dan motivasi tinggi, kita juga bisa, kok,
                                       K                                              S                     P                                      S      P            O
 mempelajari gerakan secara benar (hlm. 97)
               O
Menurut dr. Nora, biasanya ketahanan otot juga berbeda jika kita baru belajar
       P          O                            
saat sudah dewasa (hlm. 97)
Misalnya, nih, baru 50 meter berenang kita sudah merasa kelelahan dan
K                        S             P                            Pel
harus sering istirahat. (hlm. 97)
Beda dengan orang yang belajar sejak kecil—biasanya bakal lebih tahan
                                                   S                                              P         
untuk menempuh jarak berenang lebih jauh (hlm. 97)
            K
Sama seperti melakukan olahraga lainnya, berenang harus diawali
                           K                                             S                 P                         
pemanasan dan pendinginan (hlm. 97)
                           O
Tujuannya agar kita terhindar dari cedera dan kram saat melakukan latihan inti. (hlm. 97)
Tiap gerakan dilakukan dalam 10 hitungan, misalnya memiringkan kepala ke kanan dalam 10 hitungan, lalu dimiringkan ke kiri juga 10 hitungan. Begitu seterusnya. (hlm. 97)
Dr. nora juga mengatakan, nggak ada bedanya berenang di pagi, siang, sore atau malam hari karena sebenarnya tingkat kelembapan permukaan air nggak berubah (hlm. 97)
Yang harus diperhatikan, jika kita berenang siang hari di kolam renang outdoor jangan lupa memakai sunblock agar kulit nggak terbakar (hlm. 97)
Pada dasarnya gerakan saat renang bisa melatih otot pada lengan, paha, dan
S                           P                                         O
   punggung (hlm. 97)


Kecuali kita punya kolam renang pribadi, berenang di kolam renang umum
                           K                                                                     S                                  adalah satu-satunya pilihan saat ingin latihan renang (hlm. 97)
P                                  Pel
Tapi rasanya malas kalau sudah melihat kolam renang dipenuhi pengunjung (hlm. 97)
Belum lagi kalau airnya mulai terlihat keruh, duh, bisa urung niat kita untuk berenang (hlm. 97)
Yang jelas, kita kudu tetap teliti menjaga kebersihan tubuh setelah berenang (hlm. 97)
Pastikan kita mandi dengan bersih untuk menghindari terjangkit penyakit
                  S        P                                  K                                            
kulit akibat jamur atau bakteri dalam air kolam (hlm. 97)
Selain itu mata bisa terasa perih saat kemasukan air di kolam (hlm. 97)
                    S     P          K
Kenapa, sih, kalau kita sudah main air di kolam renang sering banget lupa
                                                   K                                             P
                                 S                P     O              K
waktu? (hlm. 98)
Rasanya asyik banget menikmati air sambil ngobrol atau sekadar merasakan
               S                          P                              O                     P                                  badan kita mengambang di air (hlm. 98)
        O                            K
Menurut dr. Nora, suhu air yang dingin memang bisa mengurangi emosi
               K                                 S                                  P                      O
tinggi sehingga secara psikologis perasaan kita tenang (hlm. 98)
                                       K                                            
                                                K                     S               P
Selain itu, jika kita berenang rame-rame dengan teman, unsur rekreasinya
                                                   K                                             S
                           S          P                      Pel
cukup tinggi walaupun akhirnya kalori yang terbakar nggak terlalu banyak
    P                                                                     K                                            
   (hlm. 98)
 Tahu sendiri, saat berenang dengan teman kebanyakan kita hanya main air
                                       K                                                 S                  P    O
dan latihannya nggak terlalu banyak (hlm. 98)

Asyiknya lagi, berenang bisa dilakukan semua orang (hlm. 98)
         K                  S                   P                      O        
Kita nggak boleh berenang hanya jika sedang menderita infeksi seperti
  S           P                      O                     K
demam dan flu (hlm. 98)
Renang gaya bebas melatih otot lengan karena gerakan lengan pada gaya ini
               S                  P              O                                 K
sangat luas (hlm. 98)
Karena berenang bisa melatih otot paru-paru, dr. Nora menyarankan penderita
                           K                                                S               P                  O
asma melakukan olahraga olahraga ini (hlm. 98)

Selain itu, orang yang punya kelemahan pada sendi lutut (osteoarthritis) serta
                                                               S
 orang dengan indeks massa tubuh lebih dari 30 sebaiknya memilih berenang
                                                                                                            P          O
daripada jogging yang bisa membebani lutut (hlm. 98)

Makanya, berenang sebaiknya dilakukan bertahap sesuai ketahanan tubuh
                       S                          P                                  K
(hlm. 98)

Idealnya, sih, seperti anjuran American College of Sports Medicine (ACMS),
                                                               K
kita melakukan latihan tiga kali seminggu dengan durasi masing-masing 30
   S          P              O                                                     K
 menit (hlm. 98)

Begitu bisa berenang, nggak usah memaksakan diri untuk langsung
                        K                                 P                                              K
melakukan latihan 30 menit tanpa henti (hlm. 98)

Lalu dua minggu kemudian durasinya ditambah bertahap hingga mencapai
                           K                     S               P                            
waktu yang kita inginkan atau bisa juga memulai latihan dengan jarak
K
tertentu, 100 meter tanpa henti misalnya (hlm. 98)

Lalu pada sesi latihan berikutnya ditambah jadi 150 meter tanpa henti. Begitu
                                    K                                 P                      K                            S
seterusnya, hingga kita berenang dengan jarak lebih jauh (hlm. 98)


-nya dalam kata makanya, akhirnya sebaliknya, sebetulnya, baiknya, soalnya, biasanya, misalnya, seterusnya, sebenarnya, dasarnya, satu-satunya, rekreasinya, asyiknya, lainnya, sebaiknya, rasanya, idealnya, dan berikutnya di atas merupakan bukan pronomina. Alasannya adalah:
a. –nya tidak mengacu pada nomina
b. ­–nya berfungsi sebagai konjungsi, yaitu kategori yang berfungsi untuk meluaskan satuan yang lain dalam konstruksi hipotaktis (Kridalaksana, 1999: 109)

-nya dalam kata paginya, pekerjaannya, gizinya, Manfaatnya, gerakannya, melakukannya, bedanya, tujuannya, airnya, latihannya, dan durasinya di atas merupakan pronomina persona ketiga karena:
a.  mengacu pada nomina lain, yaitu sarapan pagi mereka, pekerjaan mereka, gizi mi, manfaat renang, gerakan renang, melakukan latihan renang, beda cara berenang, tujuan pemanasan dan pendinginan, air kolam renang, latihan renang, dan durasi latihan renang.
b. menduduki posisi yang umumnya diduduki oleh nomina, yaitu subjek atau objek dalam kalimat tersebut.

Kita dalam kalimat di atas merupakan pronomina, yaitu pronomina persona pertama jamak yang bersifat inklusif. Alasannya adalah:
a.        Kita mengacu pada nomina lain, yaitu penulis dan pembaca
b.   Kita menduduki posisi yang umumnya diduduki oleh nomina, yaitu subjek maupun objek dalam kalimat tersebut


Itu dan ini dalam kalimat tersebut merupakan pronomina, yaitu pronomina penunjuk umum atau termasuk kelas kata demonstrative menurut Kridalaksana. Akan tetapi, itu  masih bisa dimasukkan ke dalam pronomina karena itu sebagai demonstrativa yang fungsinya untuk menunjukkan sesuatu di dalam maupun di luar wacana dan sesuatu itu merupakan anteseden. Alasannya adalah:
a.       Itu mengacu pada nomina lain, yaitu sering lemas karena nggak sarapan?, teh manis dan beberapa potong biscuit, junk food yang tidak memiliki kandungan serat, ‘kalap’ saat makan siang karena kelaparan, sarapan rutin, kelenturan tubuh, menghindari penyakit kulit akibat jamur atau bakteri dalam air kolam, suhu air yang dingin, renang gaya bebas, olahraga renang, dan penderita asma,

mereka merupakan pronomina persona ketiga jamak. Alasannya adalah
a.       mereka mengacu pada nomina lain, yaitu sebagian dari pembaca
b.      mereka menduduki posisi yang umumnya diduduki oleh nomina, yaitu subjek maupun objek dalam kalimat tersebut

gimana dan kenapa merupakan  bukan  pronomina penanya sebab kata tersebut tidak mengacu pada orang, barang, atau pilihan terhadap barang atau barang.



Begitu merupakan pronomina penunjuk ihwal. Alasannya adalah:
a.       begini dan begitu mengacu pada nomina lain, yaitu gerakan memiringkan kepala, penambahan jarak pada sesi latihan,
b.      Akan tetapi, kata begitu pada begitu bisa berenang bukan pronominal sebab kata tersebut tidak mengacu pada nomina lain.


KESIMPULAN

Pronomina merupakan kata yang dipakai untuk mengacu kepada nomina lain (Alwi, 2003: 249). Pronomina adalah kategori yang berfungsi untuk mengganti nomina. Apa yang digantikannya itu disebut antesenden. Antesenden itu ada di dalam atau di luar wacana (Kridalaksana, 1999: 89).
Melalui data yang saya teliti, terdapat penggunaan pronomina kita, -nya, mereka, itu, ini, dan begitu. Akan tetapi, dalam data tersebut pun saya menemukan bahwa penggunaan kata-kata tersebut bukan hanya untuk mengungkapkan pronomina, tetapi juga mengungkapkan sebagai konjungsi dalam kalimat. Hal ini dapat kita lihat dari penggunaan –nya yang dapat dipakai sebagai pronomina seperti dalam kata gerakannya dan penggunaan –nya pada kata makanya yang berfungsi sebagai konjungsi.



DAFTAR PUSTAKA
Alwi, Hasan, Soenjono Darmowidjojo, Hans Lapoliwa, dan Anton M. Muliono. 2003. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia Edisi Ketiga. Jakarta: Pusat Bahasa dan Balai Pustaka
Kridalaksana, Harimurti dan tim Peneliti Linguistik Fakultas Sastra Unversitas Indonesia. 1999. Sintaksis. Jakarta: Fakultas Sastra UI
NN. 2008.  Artikel “Asyiknya Berenang” dalam majalah Cita Cinta. Jakarta: PT Bina Favorit Press
NN. 2008. Artikel  “Aman di Kolam Renang Umum” dalam majalah Cita Cinta. Jakarta: PT Bina Favorit Press
NN. 2008. Artikel “Berenang-renang ke Hulu Bersenang-senang selalu” dalam majalah Cita Cinta. Jakarta: PT Bina Favorit Press
NN. 2008. Artikel “Mi atau Nasi?” dalam majalah Cita Cinta. Jakarta: PT Bina Favorit Press
NN. 2008. Artikel “Sarapan Dulu dong…” dalam majalah Cita Cinta. Jakarta: PT Bina Favorit Press