Selasa, 21 Desember 2010

Konstruksi di, ke, dan dari dalam Iklan-iklan Surat Kabar Bientang Timoor


Dari sudut intern lingusitik, bahasa Indonesia merupakan salah satu varian historis, varian sosial, maupun varian regional dari bahasa Melayu. Dikatakan sebagai varian historis karena bahasa Indonesia merupakan kelanjutan dari bahasa Melayu, bukan dari bahasa lain di Asia Tenggara ini. Dikatakan varian sosial kerena bahasa Indonesia digunakan oleh sekelompok masyarakat yang menamakan diri bangsa Indonesia, yang tidak sama dengan bangsa Malaysia atau bangsa Brunei yang menggunakan varian bahasa Melayu lain. Dikatakan varian regional karena bahasa Indonesia digunakan di wilayah yang sekarang disebut Republik Indonesia (Kridalaksana, 1991: 1).
Secara tepat pernyataan tersebut diungkapkan oleh Ki Hajar Dewantara dalam Kongres Bahasa Indonesia I di Solo pada tahun 1938.

Jang dinamakan ’bahasa Indonesia’ jaitoe bahasa Melajoe jang soenggoehpoen pokoknja berasal dari ”Melajoe Riau’. Akan tetapi jang soedah ditambah dioebah atau dikoerangi menoeroet keperloean zaman dan alam baharoe hingga bahasa itoe laloe moedah dipakai oleh rakjat di seloeroeh Indonesia; pembaharoean Bahasa Melajoe hingga mendjadi bahasa Indonesia itoe haroes dilakoekan oleh kaoem ahli jang beralam baharoe, ialah alam kebangsaan Indonesia.

Akan tetapi, sebelumnya telah dicetuskan nama bahasa Indonesia yaitu pada saat perumusan Sumpah Pemuda. Pada tanggal 2 Mei tahun 1926 diadakan rapat perumus hasil Kongres Sumpah Pemuda Pertama yang terdiri dari Mohammad Tabrani (ketua), Muhammad Yamin, Djamaludin, dan Sanusi Pane. Panitia tersebut menunjuk Muhammad Yamin untuk merumuskan Sumpah Pemuda. Hasil rumusannya adalah ”Kami poetra-poetri Indonesia mengakoe bertoempah darah jang satoe, Tanah Air Indonesia; Kami poetra-poetri Indonesia mengakoe berbangsa jang satoe, Bangsa Indonesia; Kami poetra-poetri Indonesia menjunjung bahasa persatuan, bahasa Melajoe.” Rumusan tersebut ditentang oleh ketua panitia dan akhirnya diganti menjadi ”[...] Kami poetra-poetri Indonesia menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia.” Oleh karena itu tanggal 2 Mei diperingati sebagai Hari Kelahiran Bahasa Indonesia.
Bahasa Melayu merupakan bahasa yang menjadi dasar bahasa nasional di Indonesia dan Malaysia. Bahasa Melayu berkembang melalui dua jalur, yaitu (1) bahasa Melayu lisan yang digunakan dalam pergaulan sehari-hari di kalangan priyayi, dan masyarakat luas, termasuk Cina peranakan yang bagi golongan masyarakat ini lazim disebut bahasa Melayu pasar, dan (2) bahasa Melayu yang dipakai dalam dunia persekolahan yang secara taat asas memakai model bahasa Melayu tinggi.
Bahasa Melayu pada kurun waktu 1850—1900 memiliki banyak sekali dokumen yang dapat dikaji untuk melihat bagaimana pola bahasa Melayu pada masa itu. Dokumen-dokumen tersebut antara lain surat kabar, surat-surat dokumen penting, karya sastra, naskah lama, dan sebagainya. Pada kurun waktu itu juga telah muncul karya sastra. Karya sastra yang cukup produktif pada masa itu adalah karya sastra Melayu Tionghoa, misalnya prosa atau cerita berjudul Lo Fen Koei. Cerita ini merupakan prosa Melayu Tionghoa yang terbit pada tahun 1903 dan ditulis oleh Gouw Peng Liang. Lo Fen Koei bercerita tentang kehidupan pachter opium dan tuan tanah bernama Lo Fen Koei. Cerita tersebut diangkat dari kisah nyata dan pernah dimuat sebelumnya dalam cerita bersambung Bintang Betawi.
Karya sastra yang dimuat dalam surat kabar pun dapat menggambarkan keadaan bahasa Melayu pada saat itu. Salah satu data yang ditemukan adalah cerita bersambung atau hikayat bersambung yang dimuat dalam surat kabar Bintang Soerabaia. Selain itu, naskah lama pada kurun waktu itu juga masih ada yang baru ditulis seperti naskah ”Syair Ken Tambuhan” yang ditulis oleh Muhammad Bakir dan berangka tahun 1897.
Dalam makalah ini, data yang digunakan adalah iklan-iklan yang dimuat pada surat kabar Bientang Timoor No. 53 dan 54 yang terbit pada tanggal 5 dan 8 Juli 1865. Melalui tulisan ini, saya akan mencoba melihat konstruksi di, ke, dan diri pada surat kabar Bientang Timoor No. 53 dan 54  yang dimuat pada tanggal 5 dan 8 Juli 1865.
            Dalam buku Tata Bahasa Deskriptif Bahasa Indonesia: Sintaksis (1999), Harimurti menggolongkan kata di, ke, dan dari  ke dalam kelas kata preposisi. Preposisi adalah kategori yang terletak di depan kategori lain (terutama) nomina sehingga terbentuk frase eksosentris direktif. Setelah saya melihat data yang ada, saya menemukan 46 bentuk preposisi di, yaitu:
  1. ..di jadiken Adpokat Djendral… (BT No. 54: 1)
2.       ... di jadiken Assistent Resident dari Celebes (BT No. 54: 1)
3.       di kasi 2 taon perlof pigi ka negri Ollanda.. (BT No. 54: 1)
  1. di Kalimaas No. 3… (BT No. 54: 2)
  2. di Willemskade… (BT No. 54: 2)
  3. di kampong Tjina… (BT No. 54: 2)
  4. di kampong baru …(BT No. 54: 2)
  5. di kampong Tjina… (BT No. 54: 2)
  6. di kampong Tjina… (BT No. 54: 2)
  7. di Kembang Djepoon... (BT No. 54: 2)
  8. di kampong Tjina… (BT No. 54: 2)
  9. di Kepoetran… (BT No. 54: 2)
  10. di Kalimaas… (BT No. 54: 2)
  11. Pagi poekoel 9 di kantornya toewan Direkteur... (BT No. 54: 2)
  12. Di Batawi nanti hari 31 Julij 1865… (BT No. 54: 1)
  13. ada lelang borongan di katornja toewan Direkteur... (BT No. 54: 1)
  14. Satoe djembatan besi di kali Kediri pernah di kotta Kediri (BT No. 54: 1)
  15. …njang moesti di kirimken sama Mail Inggris (BT No. 54: 1)
  16. … soerat njang moesti di kirimken ka Makasar… (BT No. 54: 1)
  17. Di kasi bertaoe (BT No. 53: 1)
  18. trada menoeroot di atas pengadjaran orang toewa... (BT No. 53: 1)
  19. Di belakang saia trada maoe tangoing dan trada maoe taoe adanja (BT No. 53: 1)
  20. di KALI KEDIRI…(BT No. 53: 1)
  21. pada njang bertanda di bawah ini… (BT No. 53: 1)
  22. di soerabaija (BT No. 53: 1)
  23. Njang Ada di djoewal (BT No. 53: 1)
  24. … terisi di dalem Seperapat PLES besaar (BT No. 53: 1)
  25. ini obat trada sedikit di tjampoor dengen apa apa barang njang keras… (BT No. 53: 1)
  26. … ini obat bole di pakee trada oesah takoot… (BT No. 53: 1)
  27. … ada tertoelis di loewarnja itoe ples… (BT No. 53: 1)
  28. … mendjadi ada tanda tangannya Lauman en Kemp di kertas blaoe, di itoe ples (BT No. 53: 1)
  29. di soerabaija (BT No. 53: 1) 
  30. di pasoeroean (BT No. 53: 1)
  31. … segala penjakit bole di obatken oleh dia … (BT No. 53: 2)
  32. …ada begimana terseboot di bawah (BT No. 53: 2)
  33. … ini boelan djoega di kasi taoe dari ka-ada-annya itoe tontonan (BT No. 53: 2)
  34. Pengatoeran Oekiran di tempatnja (BT No. 53: 2)
  35. Nanti di bikeen dengen segala kelekassan (BT No. 53: 2)
  36. … kontant di tokonja (BT No. 53: 2)
  37. Di Boomstraat Soerabaija (BT No. 53: 2)
  38. Djikaloe anak di bawah oemoor 12 taoon… (BT No. 53: 2)
  39. Ini obat bole di makan dengen telen sadja dengen aer atawa nasi (BT No. 53: 2)
  40. … ia merasah berdjalan di dalem proet… (BT No. 53: 2)
  41. … sebab dia bole di makan bersama sama dengen nasi… (BT No. 53: 2)
  42. … sebab itoe gampang di makannja itoe obat… (BT No. 53: 2)
  43. Roepanja makan obat segala penjakit njang terseboot di atas ini (BT No. 53: 2)

Saya pun menemukan dua bentuk preposisi ke yang masih ditulis dengan ka, yaitu:
1.       …di kasi 2 taon perlof pigi ka negri Ollanda.. (BT No. 54: 1)
  1. … soerat njang moesti di kirimken ka Makasar… (BT No. 54: 1)

Selain itu, saya pun menemukan 20 bentuk preposisi dari, yaitu:
1.       ... Raan koeliling dari bagian nyang kaampat,… (BT No. 54: 1)
2.       ... pada Raad besaar (Hoog Geregtshof) dari Hindia Nederland (BT No. 54: 1)
3.       ... di jadiken Assistent Resident dari Celebes (BT No. 54: 1)
4.       … kapitein dari Infanterie… (BT No. 54: 1)
5.       … toewan Direkteur dari Marine etablisseinment... (BT No. 54: 2)
6.       … toewan Direkteur dari kantor Aer (Burgerlijke openbare werken)... (BT No. 54: 1)
7.       Hari Domingoe tanggal 9 dari ini boelan… (BT No. 54: 1)
8.       TEMPAT KEMBANG dari GLAS (BT No. 54: 2)
9.       BOEKOE per tarook gambaran dengen mata hari (Potografie,) dari 30 sampee 300 bidji (BT No. 54: 2)
10.    BANGKOE KAKI dari kajoe MAHONIE (BT No. 54: 2)
11.    Pipa dari oentoek laoot (MEERSCHUIM) dengen oedjoongnya pake gelas (BT No. 54: 2)
12.    Trommel doewit dari 8 sampee 15 duim boeattan Inggris (BT No. 54: 2)
13.    …soeda saia lepas dari saia poenja tangan (BT No. 53: 1)
14.    dari sebab soeda trada menoeroot di atas pengadjaran orang toewa... (BT No. 53: 1)
15.    Obat namanja SARSAPARIL, dari TOEWAN DOKTER BRISTOL (BT No. 53: 1)
16.    Ini obat dibekin dari roepa-roepa akar … (BT No. 53: 2)
17.    Toemenggoong dan lain-lainnja dari perak oetawa tembaga (BT No. 53: 2)
18.    … di kasi taoe dari ka-ada-annya itoe tontonan (BT No. 53: 2)
19.    Dengen Permisinja Kandjeng Toewan Resident dari soerabaia (BT No. 53: 2)
20.  Hari Djema-at soree tanggal 7 dari boelan Julij 1985… (BT No. 53: 2)

Frase eksosentris adalah frase yang sebagian atau seluruhnya tidak mempunyai perilaku sintaksis yang sama dengan komponen-komponennya. Adapun komponen frase ini adalah:
a. bagian perangkai berupa preposisi atau partikel, seperti si, para, kau, dan sebagainya
b. bagian sumbu berupa kata atau kelompok kata.
               Hal ini pun sejalan dengan definisi frase eksosentris direktif yang dikemukakannya bahwa frase eksosentris direktif atau frase prepoposional adalah perilaku keseluruhan frase tidak sama dengan komponen-komponen pembentuknya, baik dengan preposisinya maupun dengan sumbunya. Selain itu, Harimurti merumuskan enam pola frase eksosentris direktif atau frase preposisional tersebut adalah sebagai berikut:
1. F. Prep.  → Prep. dasar +  [N, FN, A, NUM]
a. Prep. Dasar + Nomina
               Preposisi di, ke, dan dari yang terbentuk dengan pola ini sejumlah 39 bentuk, diantaranya adalah:
  1. Pagi poekoel 9 di kantornya toewan Direkteur... (BT No. 54: 2)
  2. Di Batawi nanti hari 31 Julij 1865… (BT No. 54: 1)
  3. … mendjadi ada tanda tangannya Lauman en Kemp di kertas blaoe, di itoe ples (BT No. 53: 1)
  4. …di kasi 2 taon perlof pigi ka negri Ollanda.. (BT No. 54: 1)
  5. ... pada Raad besaar (Hoog Geregtshof) dari Hindia Nederland (BT No. 54: 1)
  6. BANGKOE KAKI dari kajoe MAHONIE (BT No. 54: 2)
  7. … di kasi taoe dari ka-ada-annya itoe tontonan (BT No. 53: 2)
  8. Hari Djema-at soree tanggal 7 dari boelan Julij 1985… (BT No. 53: 2)

Dari data di atas, kita dapat melihat bahwa preposisi di, ke, dan dari memiliki fungsi menentukan makna frase yang dibentuknya. Dalam satu kelas kata yang sama, bentukan makna antara nomina dan preposisi berbeda. Perbedaan makna frase ini bergantung pada preposisi yang mendampinginya sumbu frase tersebut.
Berdasarkan data di atas, kita dapat mengetahui bahwa preposisi di akan membentuk frase bermakna ’penunjuk tempat yang dimaksud oleh penutur’. Makna frase tersebut dapat kita lihat dari frase di kantornya atau di Baatawi dari kutipan data di atas yang mengandung makna ’menunjukkan tempat yang dimaksud oleh penutur’. Selain itu, preposisi ke akan membentuk makna ’penunjuk tempat yang akan dituju’. Hal ini dapat kita lihat dari makna frase ka negri Ollanda yang mengandung makna ’menunjukkan tempat yang akan dituju’. Selain itu juga, preposisi dari akan membentuk makna ’penunjuk tempat asal atau bahan asal’ yang dapat kita lihat dari makna frase dari Hindia Belanda dan dari kajoe mahonie.
b. Prep. Dasar + Numeralia
         Preposisi di, ke, dan dari yang terbentuk dengan pola ini sejumlah dua bentuk, diantaranya adalah:
1.       BOEKOE per tarook gambaran dengen mata hari (Potografie, ) dari 30 sampee 300 bidji (BT No. 54: 2)
2.       Trommel doewit dari 8 sampee 15 duim boeattan Inggris (BT No. 54: 2)

            Jika preposisi diikuti oleh kelas kata yang berbeda, makna frase yang terbentuk dari frase itu pun akan berbeda sesuai dengan komponen sumbu dalam frase tersebut. Hal ini dapat kita lihat dari perbedaan makna frase yang dibentuk oleh dari dalam frase dari + nomina yang bermakna ’penunjuk tempat asal atau bahan asal’ dan frase dari + numeralia. Frase dari 30  dan dari 8 dalam kutipan di atas memiliki makna yang berbeda dengan frase dari + nomina yang bermakna ’penunjuk tempat asal atau bahan asal’. Makna frase dari 30  dan dari 8 adalah ’sejak atau mulai dari...’.
c. Prep. Dasar + Pronomina
               Preposisi di, ke, dan dari yang terbentuk dengan pola ini sejumlah satu bentuk, diantaranya adalah:
 …soeda saia lepas dari saia poenja tangan (BT No. 53: 1)
            Pola frase  preposisi dasar + Pronomina seperti kutipan di atas tidak terdapat dalam rumusan pola yang dikemukakan oleh Harimurti Kridalaksana. Saya menyimpulkan bahwa konstruksi frase preposisi dasar + Pronomina dipakai oleh masyarakat penutur bahasa pada masa lalu dan sudah tidak dipakai lagi oleh penutur bahasa Indonesia pada masa sekarang.
d. Prep. Dasar + demonstrativa
Preposisi di, ke, dan dari yang terbentuk dengan pola ini sejumlah dua bentuk, diantaranya adalah:
  1. Hari Domingoe tanggal 9 dari ini boelan… (BT No. 54: 1)
  2. … mendjadi ada tanda tangannya Lauman en Kemp di kertas blaoe, di itoe ples (BT No. 53: 1)

            Pola frase  preposisi dasar + demonstrativa seperti kutipan di atas pun tidak terdapat dalam rumusan pola frase eksosentris direktif yang dikemukakan oleh Harimurti Kridalaksana. Saya menyimpulkan bahwa konstruksi frase preposisi dasar + demonstrativa sudah tidak dipakai lagi oleh penutur bahasa Indonesia pada masa sekarang. Manurut saya, hal yang mempengaruhi pemakaian pola tersebut pada penutur bahasa saat ini adalah adanya perubahan urutan dalam pemakaian demonstrativa yang dulu diletakkan di depan kata rujukan, tetapi sekarang kata tersebut dipakai di belakang kata yang rujukan yang dimaksud oleh penutur. Hal ini dapat kita lihat dari frase boelan ini yang cenderung digunakan dalam pemakaian bahasa Indonesia sekarang daripada frase ini boelan. Dengan demikian, kita tidak akan menemukan konstruksi frase preposisi dasar + demonstrativa dalam pemakaian bahasa Indonesia sekarang ini.

2. F. Prep. → Prep. dasar + prep. dasar [N, FN, Pr, FPr]v
Adapun konstruksi preposisi di, ke, dan dari dalam data yang mengikuti pola ini adalah:

Pipa dari oentoek laoot (MEERSCHUIM) dengen oedjoongnya pake gelas (BT No. 54: 2)

            Berdasarkan kutipan di atas, kita dapat mengetahui adanya bentuk frase dari untuk. Akan tetapi, pemakaian bentuk frase dari untuk seperti frase di atas sudah jarang ditemukan dalam pemakaian sehari-hari. Hal ini berkenaan dengan ketidakjelasan makna yang dibentuk oleh dua preposisi tersebut yang saling bertentangan satu sama lain. Preposisi dari biasanya mengandung makna ’menunjukkan tempat asal atau bahan asal’ dan preposisi untuk mengandung makna ’menunjukkan ’

3. F. Prep. → Prep. dasar + Ntempat + [N, FN, Pr]
a. Prep. dasar + Ntempat + N
               Adapun konstruksi preposisi di, ke, dan dari dalam data yang mengikuti pola ini adalah:
1.       trada menoeroot di atas pengadjaran orang toewa... (BT No. 53: 1)
2.       … terisi di dalem Seperapat PLES besaar (BT No. 53: 1)

b. Prep. dasar + Ntempat + Pr
               Konstruksi preposisi di, ke, dan dari dalam data yang mengikuti pola ini adalah:
  1. Di belakang saia trada maoe tangoong dan trada maoe taoe adanja (BT No. 53: 1)
  2. … ia merasah berdjalan di dalem proet… (BT No. 53: 2)

c. Prep. dasar + Ntempat + demonstrativa
               Konstruksi preposisi di, ke, dan dari dalam data yang mengikuti pola ini adalah:
  1. … ada tertoelis di loewarnja itoe ples… (BT No. 53: 1)
  2. Roepanja makan obat segala penjakit njang terseboot di atas ini (BT No. 53: 2)

         Pola frase  preposisi dasar + Ntempat + demonstrativa seperti kutipan di atas pun tidak terdapat dalam rumusan pola frase eksosentris direktif yang dikemukakan oleh Harimurti Kridalaksana. Saya menyimpulkan bahwa konstruksi frase preposisi dasar + Ntempat + demonstrativa sudah tidak dipakai lagi oleh penutur bahasa Indonesia pada masa sekarang. Manurut saya, hal yang mempengaruhi pemakaian pola tersebut pada penutur bahasa saat ini adalah adanya perubahan urutan dalam pemakaian demonstrativa yang dulu diletakkan di depan kata rujukan, tetapi sekarang kata tersebut dipakai di belakang kata yang rujukan yang dimaksud oleh penutur.
d. Prep. dasar + Ntempat + numeralia
               Konstruksi preposisi di, ke, dan dari dalam data yang mengikuti pola ini adalah:
Djikaloe anak di bawah oemoor 12 taoon… (BT No. 53: 2)

         Pola frase  preposisi dasar + Ntempat + numeralia seperti kutipan di atas pun tidak terdapat dalam rumusan pola frase eksosentris direktif yang dikemukakan oleh Harimurti Kridalaksana. Saya menyimpulkan bahwa konstruksi frase preposisi dasar + Ntempat + numeralia sudah tidak dipakai lagi oleh penutur bahasa Indonesia pada masa sekarang.
              
               Melalui data preposisi di, ke, dan dari pada laras iklan yang dimuat di surat kabar Bientang Soerabaia, kita pun dapat melihat adanya bentukan lain dari di yang diikuti oleh verba. Adapun kutipan-kutipan tersebut adalah sebagai berikut.
  1. ..di jadiken Adpokat Djendral… (BT No. 54: 1)
2.       di kasi 2 taon perlof pigi ka negri Ollanda.. (BT No. 54: 1)
  1. … soerat njang moesti di kirimken ka Makasar… (BT No. 54: 1)
  2. Di kasi bertaoe (BT No. 53: 1)
  3. Njang Ada di djoewal (BT No. 53: 1)
  4. ini obat trada sedikit di tjampoor dengen apa apa barang njang keras… (BT No. 53: 1)
  5. … ini obat bole di pakee trada oesah takoot… (BT No. 53: 1)
  6. … segala penjakit bole di obatken oleh dia … (BT No. 53: 2)
  7. … ini boelan djoega di kasi taoe dari ka-ada-annya itoe tontonan (BT No. 53: 2)
  8. Nanti di bikeen dengen segala kelekassan (BT No. 53: 2)
  9. Ini obat bole di makan dengen telen sadja dengen aer atawa nasi (BT No. 53: 2)
               Dari kutipan di atas, kita dapat melihat bahwa bentuk di memiliki fungsi ganda, yaitu sebagai afiks dan preposisi. Bentuk di jika dilekatkan pada verba berfungsi sebagai afiks yang merupakan bentuk pasif dari afiks me- atau ber-. Hal ini dapat dilihat dari hasil bentukan di yang dilekatkan pada verba dapat dikembalikan pada bentuk afiks me- atau ber-. Sebagai contoh, konstruksi di +  jadiken dapat direkonstruksi menjadi menjadiken. Akan tetapi, pada pemakaian masa sekarang kedua fungsi ini dibedakan dengan cara penulisan bentuk di yaitu, ditulis tanpa spasi jika berfungsi sebagai afiks dan ditulis dengan spasi jika berfungsi sebagai preposisi.
               Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa:
a.       Makna frase ditentukan oleh kelas kata yang mengikutinya. Jika kelas kata sumbu frase berbeda, makna frase pun akan berbeda walaupun menggunakan preposisi yang sama.
b.      Makna frase ditentukan oleh preposisi jika sumbu frase merupakan satu kelas yang sama.
c.       Bentuk bentukan frase preposisi dasar + pronomina tidak terdapat dalam rumusan pola frase eksosentris yang dikemukakan Harimurti Kridalaksana. Hal ini mungkin disebabkan oleh pemakaian bentuk frase tersebut sudah tidak digunakan oleh masyarakat penutur bahasa Indonesia masa sekarang.
d.      Bentuk frase preposisi dasar + demonstrativa tidak terdapat dalam rumusan pola frase eksosentris yang dikemukakan Harimurti Kridalaksana. Hal ini mungkin disebabkan oleh adanya perubahan pola urutan kata dalam kelas kata demonstrativa.
e.       Bentuk di memiliki fungsi ganda, yaitu sebagai afiks dan preposisi. Pada masa sekarang, pembedaan fungsi bentuk di dapat dilihat dari cara penulisannya.

Sumber Data
Koran Bientang Timoor  halaman 2 Timoor No. 53 yang terbit pada tanggal 5 Juli 1865 di Surabaya.
Koran Bientang Timoor  halaman 1 No. 54 yang terbit pada tanggal 8 Juli 1865 di Surabaya.

Sumber Pustaka
Kridalaksana, Harimurti, dkk. 1999. Tata Bahasa Deskriptif Bahasa Indonesia: Sintaksis. Jakarta: Fakultas Sastra Universitas Indonesia
Mahayana, Maman S. ”Perkembangan Bahasa Indonesia-Melayu di Indonesia dalam Konteks Sistem Pendidikan” yang dimuat dalam http://melayuonline.com/ (1 April 2009)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar